HINDU-BUDDHA DI NUSANTARA



HINDU-BUDDHA DI NUSANTARA
OLEH
SATRIYO PAMUNGKAS

Di Nusantara, budaya Hindu-Buddha tidak asing lagi di telinga masyarakat, hal ini di dasari dengan ditemukannya bangunan-bangunan megah yang menjulang tinggi yang bercirikan Hindu-Buddha. Peninggalan dan jejak pada masa ini dapat di jumpai di wilayah-wilayah Nusantara  walaupun yang paling banyak di wilayah pulau Jawa. Kebudayaan Hindu-Buddha di Jawa secara garis besar terbagi menjadi dua tahap perkembangan yaitu tahap pada masa klasik tua yang berkembangan abad 8 -10 M, dengan peninggalan arkeologis berupa Candi, Petirthaan, arca-arca, maupun sisa pondasi candi, dan selanjutnya pada tahap masa klasik muda yang berkembang abad 11-15 M, dengan peninggalan arkeologi di wilayah Jawa bagian Timur.[1] Sampai saat ini kita bisa menyaksikan kebudayaan Hindu-Buddha membawa pengaruh besar dan menghasilkan karya-karya yang luar biasa seperti Candi Borobudur[2], Candi Prambanan[3], dan candi Muaro Jambi.
Hubungan antara India dan India belakang sudah ada pada masa prasejarah, namun mulai suatu zaman tertentu hubungan ini mengakibatkan didirikannya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Semenanjung Indocina dan Nusantara. Pendeta serta golongan terpelajar yang menyusun prasasti-prasasti Sangsekerta awal, sudah di dahului oleh kaum pelaut, pedagang atau perantau yang medirikan pemukiman-pemukiman yang diindianisasikan[4] yang pertama. Situs-situs Neolitik barangkali dari dahulu kaladi singgahi para pelaut yang datang dari India.[5] Selain itu Coedes yang mengutip dari Sylvain Levi pencarian emas dalam tersebarnya peradaban India di Indocina dan Nusantara, suatu hal yang barangkali mengungkapkan aneka ragam asalnya para pencari emas dan logam mulia yang menarik India.[6]
Budaya Hindu-Buddha pada awalnya lahir dan berkembang di wilayah Asia Selatan tepatnya di wilayah India saat ini. Pengaruh ini masuk dan berkembang di Nusantara seiring adanya hubungan dagang pada masa “zaman perdagangan” walupun ada beberapa teori yang berkembang bagaimana budaya India sampai ke Nusantara. Diduga bahwa pada sekitar 2000-2500 tahun yang lalu terjadi kontak antara masyarakat di Nusantara dengan bangsa-bangsa di Asia Tenggara maupun Asia Selatan.[7]
Berbicara tentang agama Hindu-Buddha kita tidak akan terlepas dari perkembangan di tanah India yang merupakan tempat lahirnya dua kepercayaan ini. Agama Hindu muncul tidak terlepas dari adanya interaksi antara bangsa ARYA yang datang dari daratan Asia Barat yang mengembara dan menetap di Punjab sekiar tahun 1500 SM.[8] Pada saat itu penduduk asli India dikenal dengan bangsa DRAVIDA yang telah memiliki peradabannya sendiri yang akhirnya terjadi akulturasi budaya antara keduannya sehingga melahirkan satu kebudayaan baru yaitu HINDU.
Nama Arya berarti tuan tanah atau  bangsawan yang terdapat dalam bahasa Persia dan India. Perpindahan bangsa Arya ke India berlangsung berabad-abad lamanya. Ada 3 reaksi bangsa Dravida terhadap bangsa Arya, yaitu 1). mereka yang menolak dan memberi perlawanan, 2). mereka menyingkir, dan 3). mereka melakukan asimilasi. Kelompok ketiga inilah yang melahirkan agama Hindu yang menjadi agama terbesar di India pada masanya. Agama Hindu di India melahirkan kelas sosial (kasta) dalam bermasyarakat seperti; 1). kaum brahmana (pendeta), 2). kaum ksatria (raja&prajurit), 3). kaum waisya (pedagang dan petani), dan 4). kaum Sudra (budak).[9] Kitab suci agama Hindu adalah Weda.[10]
Selain kasta agama Hindu memiliki 4 tingkatan hidup, yaitu 1). Brahmacarin (anak-anak berusia 1 tahun), 2). Grhastha (anak yang telah tamat belajar dan kembali ke orang tua), 3). Wanapprastha (penghuni hutan), 4). Sanysini (petapa/mengembara). Masyarakat Hindu juga mempercayai Trimurti (tiga dewa) yang berarti menciptakan (brahmana), memelihara (wisnu), dan menghancurkan (siwa).[11]
Agama Hindu menjadi agama terbesar yang dianut oleh masyarakat India. Namun perlahan agama ini mulai kurang mendapat perhatian dari masyarakat India, hal ini disebabkan karena tindakan yang sewenang-wenang dikukan para pendeta dalam melakukan ritual keagamaan.[12] Sebagai contoh pendeta menuntut biaya yang tinggi saat masyarakat ingin melakukan ritual keagamaan. Hingga akhirnya muncullah  agama Buddha yang nantinya akan dikenal oleh masyarakat India dan Dunia. Agama Buddha bukan berarti tuhan atau dewa, melainkan bagaimana manusia membebaskan diri dari samsara (penderitaan).
Buddha bukan nama orang melainkan sebutan bagi orang yang telah mencapai bodhi yaitu orang yang telah sadar akan makna hidup. Orang yang medirikan agama ini adalah Shidarta Gautama, anak dari seorang Raja Kapilawastu. Ayahnya bernama Sudhodana dan ibunya bernama Maya. Dalam hasil renungannya Shidartha berpendapat bahwa hidup manusia tidak akan terhindar dari peristiwa sakit, tua, mati, dan menjadi mayat. Kitab suci agama buddha adalah Tripitaka yang artinya tiga keranjang, terdiri dari, 1). Winayapttaka (peraturan hukum), 2). Sutrantapttaka (wejangansang buddha), dan 3). Abdhidharmapittaka (kupasan soal agama).[13]
Nenek moyang orang Indonesia terkenal dengan pengarung lautan dan tentunya berulangkali mengunjungi India sebagai mana orang India telah berkunjung ke Indonesia. Hal ini didasari diketemukannya koloni dagang Indonesia di Benggal dan Coromandel (India). Adanya hubungan panjang berdampak pada munculnya Raja dan Kerajaan[14] di Semenanjung dan di Nusantara yang  mempraktekkan budaya dari India, kesenian, dan bahasa sangsekerta sebagai bahasa suci.
Kerajaan bercorak Hindu-Buddha pertama di Indonesia pada abad ke 4 M yaitu kerajaan Kutai[15] di Kalimantan, setelah  itu di Jawa Barat Kerajaan Tarumanegara pada abad ke 5 M[16], di Jawa Tengah[17] muncul Kerajaan Mataram pada tahun 732 M dan Kerajaan Kalingga abad ke 9 M, di Sumatra Selatan berdiri Kerajaan Sriwijaya pada abad ke 7 M[18], di Jawa Timur muncul juga Kerajaan Kediri pada tahun 1041 M[19], Kerajaan Singosari pada abad ke 11 M, Kerajaan Majapahit tahun 1293 M[20]. Bukti lainnya pada bidang sosial-budaya terdapat di orang batak karo yang mempunyai nama marga chola, pandya, pallawa, dan malaya, semuanya datang dari India suku Dravida.
Tersebarnya peradaban Hindu-Buddha menyentuh wilayah-wilayah yang luas dan beranekaragam, dan berlangsung selama berabad-abad. Fenomena ini terdiri dari gelombang-gelombang yang berturut-turut, dan aliran-aliran setempat dengan berbagai macam asal, yang tersebarnya dibantu oleh pusat-pusat penyebaran yaitu kerajaa-kerajaan yang pertama di Indianisasikan di Semenanjung Tanah Melayu. Di selatan Sumatra, Palembang pada abad ke 7 M merupakan pusat besar penyebaran agama Buddhisme, yang dikunjungi orang cerdik pandai dari luar Nusantara untuk belajar, seperti I-ching yang berbangsa Cina.[21]
Orang India yang merupakan perantau di tanah yang belum dikenal itu, tidak mempunyai juru bahasa. Jadi mereka harus belajar bahasa pribumi yang sangat berbeda dari bahasa mereka dan mengatasi rintangan pertama itu untuk memperoleh hak warga di tempat orang. Maka menyusul perkawinan dengan anak pemimpin, dan baru pada saat itulah pengaruh peradaban dan agama orang asing dapat berdampak dengan kemungkinan akan berhasil.[22] Dengan demikian salah satu unsur indianisasi di Nusantara di sebabkan juga oleh faktor penguasaan bahasa dan perkawinan. Sehingga memudahkan untuk mengenalkan konsep-konsep keagamaan dan kerajaan.
Sementara menurut para sejarawan ada beberapa teori masuknya Hindu-Buddha di Indonesia yaitu 1). Teori Brahmana, 2). Teori Ksatria, 3). Teori Gabungan, 4). Teori Arus Balik. Perdagangan rempah-rempah dan emas di Indonesia melalui jalur sutra menjadikan Indonesia semakin berkembangnya kerajaan bercorak Hindu-Buddha. Pengaruh Hindu-Buddha masuk ke masyarakat pedesaan yang memuja arwah leluhur sehingga pertemuan dua kebudayaan ini memunculkan kebudayaan Hindu-Jawa yaitu sistesis antara unsur-unsur budaya asli masyarakat dan unsur-unsur Hindu-Buddha pada masyarakat Jawa. Runtuhnya kerajaan bercorak Hindu-Buddha terakhir yaitu Majapahit pada abad ke-16 M  menyebabkan kekuasaan Hindu-Buddha lenyap di Indonesia[23]. Namun, sampai saat ini pengaruh unsur-unsur kebudayaannya masih berlanjut diseluruh wilayah Indonesia terutama di Bali, Blambangan, dan Lombok Barat. Khususnya agama Hindu-Bali disebut juga Hindu Dharma yang merupakan percampuran antara animisme, Hindu, dan Buddha. Roh leluhur dipuja oleh keturunannya di pura-pura setelah jenazahnya dibakar dalam upacara Ngaben. Sementara dewa-dewa diwujudkan sebagai Tuhan Yang Maha Esa dengan sebutan Sang Hyang Widhi.




Daftar Referensi

Agus Aris Munandar. 2011. Proxemic Relief Candi-Candi Abad Ke 8-10. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Sagimun MD. 1987.  Peninggalan Sejarah Tertua Kita. Jakarta: Haji Mas Agung.
Coedes. 2010.  Asia Tenggara Masa Hindu-Buddha. Jakarta: KPG.
_______. 2004.. Kedatuan Sriwijaya. Depok: Komunitas Bambu
Bambang Budi Utomo. 2010. Buddha di Nusantara. Buddhist Education Center
Suwarno. 2012. Dinamika Sejarah Asia Selatan. Yogyakarta: Ombak.
Slamet Mulyana. 2006. Sriwijaya.  Yogyakarta: LkisYgyakarta.
M.C. Ricklefs. 2007. Sejarah Indoneia Modern. Yogyakarta: UGM.
Munzirin Yusuf, dkk. 2006. Sejarah Peradaban Islam di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka.


[1] Agus Aris Munandar, Proxemic Relief Candi-Candi Abad Ke 8-10, (Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2011) hlm 15-16.
[2] Candi Borobudur dikagumi orang diseluruh dunia. Peninggalan sejarah itu termasuk salah satu keajaiban dunia........ “. Candi Borobudur dan Candi Prambanan memberi kebanggaan seluruh bangsa Indonesia. Lihat Sagimun MD. Peninggalan Sejarah Tertua Kita. (Jakarta: Haji Mas Agung. 1987) halm 12.
[3] Candi Prambanan merupakan sekolompok Candi agama Hindu yang dibangun pada masa agama Hindu berkembang yang merupakan hasil karya bangsa Indonesia sendiri. Sagimun MD. Peninggalan Sejarah Tertua Kita(Jakarta: Haji Mas Agung. 1987) hlm 55-56.
[4] Indianisasi itu pada pokoknya harus dipahami sebagai tersebarnya suatu kebudayaan yang terorganisir, yang berlandaskan konsep India tentang kerajaan, yang ciri-ciri khasnya adalah agama Hindu atau agama Buddha, Lihat Coedes, Asia Tenggara Masa Hindu-Buddha,(Jakarta: KPG,2010) hlm, 43
[5] George Coedes. Asia Tenggara Masa Hindu-Buddha. (Jakarta: KPG, 2010), hlm, 41
[6] Coedes, Ibid, hlm 48
[7] Bambang Budi Utomo. Buddha di Nusantara. (Buddhist Education Center. 2010) hlm 3
[8]Periode Weda dimulai sejak masuknya bangsa Arya ke India sebelah barat laut (punjab) yang diperkirakan terjadi sekitar 1500 SM. Baca Suwarno. Dinamika Sejarah Asia Selatan (Yogyakarta: Ombak. 2012) hlm 24.
[9]Opcit. Suwarno. 2012: hlm 27
[10]Sagimun MD. Peninggalan Sejarah Tertua Kita. (Jakarta: Haji Mas Agung. 1987) hlm 72; didalam buku Suwarno yang berjudul Dinamika Sejarah Asia Selatan, kitab Weda terdiri dari beberapa bagian, yaitu; Yajurweda, Atharwaweda, dan Rigweda. 2012: hlm 25-26.
[11] Ibid. Sagimun MD. Hlm 72; Ibid. Suwarno. Hlm 33
[12]Sebelum muncul agama Buddha terlenih dahulu berkembang agama Jainisme didirika oleh Varadharmana Mahavira (546-468 SM). Seorang ksatria sebagai protes terhadap dominan sosial kaum Brahmana atau kaum ksatria dan wiasya. Ibid. Sowarno. 2012: 29
[13] Ibid. 2012: hlm 30-32
[14] Raja dan Kerajaan merupakan unsur kebudayaan India (Hindu). Sebelumnya di Indonesia belum ada Raja ataupun Kerajaan. Sgimun MD. Peninggalan Sejarah Tertua Kita. (Jakarta: Haji Mas Agung. 1987) hlm 71.
[15] Berdasarkan temuan prasasti Kutai di Kalimantan Timur yang menggunakan huruf pallawa dan bahasa sangsekerta berasal dari tahun 400 Rajanya bernama Kudunga baginda mempunya seorang anak laki-laki bernama Aswawarman. Seperti diketahui abad keempat berlangsung dari tahun 301 sampa tahun 400. . Ibid.Sagimun MD. (Jakarta: Haji Mas Agung. 1987) hlm 68-69, 70.
[16] Prasasti-Prasasti Tarumanegara yaitu Batu bersurat atau Prasasti Ciaruteun, Prasasti jambu, Prasasti Kebun Kopi, Prasasti Pasir Awi, Prasasti Muara Ciaten, Prasasti tugu, Prasasti Lebak. Ibid. Sagimun. Hlm 74-82.
[17] Prasasti Dakawu sekitar tahun 500 M yang isinya “Menguraikan tentang sebuah mata air yang jernih airnya. Kemudian airnya mengalir menjadi sebuah sungai yang mirip sungai gangga di India”. Prasati Canggal tahun 732 M yang berisi tentang didirikannya sebuah lingga yang indah. Lingga adalah semacam tugu peringatan dari batu. Prasasti Kalasan tahun 778 M, disebutkan tentang para pendeta agama budha memohon izin kepada Raja Panagkaran. Prasasti Raja Balitung yang berisi tentang serangan ke Pulau Bali. Prasasti Dinoyo tahun 760 M yang memuat keterangan bahwa dalam abad ke delapan terdapat sebuah kerajaan yang berpusat di Kanjuruhan. Prasasti-Prasasti Dinasti Isana tahun 947 M, yang menerangkan raja bernama Empu Sendok berjalan dengan aman. Ibid. Sagimun MD. Hlm 95
[18] Lokasi pusat kerajaan Sriwijaya di sekitar telaga batu di daerah Palembang, Sumatra Selatan. Slamet Mulyana. Sriwijaya ( Yogyakarta: LkisYgyakarta. 2006) hlm 120. Lihat juga. Sagimun MD. Peninggalan Sejarah Tertua. (Jakarta: Haji Mas Agung. 1987) hlm 82-94. Baca juga Coedes. Kedatuan Sriwijaya. (Depok: Komunitas Bambu. 2004) hlm x.
[19] M.C. Ricklefs. Sejarah Indoneia Modern. (Yogyakarta: UGM. 2007) hlm 9.
[20] Masa Hayam Wuruk merupakan zaman keemasan Majapahit dan pada masa kekuasaan itulah Negarakertagama di tulis. Ibid. Ricklefs: 2007: 26.
[21] Coede. Op.Cit. hlm 63
[22] Coede, Op.Cit, Hlm 51
[23] Agama Hindu yang sebenarnya hanya terdapat dilingkungan Kraton dimana Dewa Siwa, Brahma, Wisnu dipuja-puja, sedang yang hidup dalam hati rakyat adalah para leluhur dan roh-roh lainnya. Lihat Munzirin Yusuf, dkk. Sejarah Peradaban Islam di Indonesia ( Yogyakarta: Pustaka. 2006) hlm 14

Komentar

Postingan Populer