Candi Muaro Jambi: Universitas Kuno Dunia
CANDI MUARO JAMBI: Universitas Kuno Dunia
by. Satriyo Pamungkas
Tulisan ini akan menceritakan masa lalu dari situs
peninggalan Candi Muaro Jambi sebagai fungsi dan peranannya bagi masyarakat
Jambi. Memang penulis mengakui telah ada beberapa tulisan yang membahas candi
muaro jambi, tetapi penulis merasa belum ada penjelasan yang lebih detail
mengenai candi muaro jambi tersebut dilihat dari sisi pendidikan dan latar
belakang serta faktor faktor yang mendukung Candi Muaro Jambi ini sebagai
Universitas Kuno Dunia. Dalam tulisan ini, penulis akan menjelaskan kehidupan
masyarakat Jambi secara sosial, budaya, dan ekonomi. Pengaruh dari adanya
sungai batanghari yang menjadi urat nadi perdagangan masyarakat Jambi dengan
masyarakat luar seperti India, Cina, Arab, dan Eropa. Mengenai Kerajaan yang
pernah berdiri di wilayah Jambi akan dijelaskan pula beserta perannya dalam
menyumbangkan kemajuan masyarakat Jambi.
Tujuan lain dari penulisan ini agar masyarakat Dunia secara
umum dan masyarakat Indonesia secara khusus serta lebih spesifik masyarakat
Jambi, untuk mengetahui bahwa bangunan yang ada di daerah Muaro Jambi tersebut
memiliki kisah sejarah yang memiliki nilai yang tinggi, dan memberikan
pengetahuan kepada seluruh masyarakat Jambi bahwa, disini di kota Jambi ini pernah
menjadi pusat pembelajaran masyarakat Dunia dan bukti dari semuanya itu adalah
kompleks percandian Candi Muaro Jambi.
Pendidikan masa lalu sangat berbeda dengan pendidikan masa sekarang. Pendidikan masa lalu
lebih menfokuskan pada ilmu-ilmu agama dalam meningkatkan kehidupan. sedang
pendidikan masa sekarang lebih condong kepada ilmu-ilmu logika atau dikenal dengan istilah sains. ini
yang di nyatakan oleh Tamin Anshari dalam bukunya Sejarah Peradaban Dunia dari
Sudut Pandang Islam. menyatakan" kurang nya ketertarikan dari para sarjana
untuk membaca sumber sumber dari kitab maupun buku ajaran lainya karna kurang
ilmiahnya di bandingkan dengan karya tulis yang berasal dari barat".
Candi Muaro Jambi adalah peninggalan situs purbakala pada
masa hindu-buddha di Indonesia. Mengapa disebut peninggalan hindu-buddha, hal
ini di karena kan pada situs Candi Muaro Jambi terdapat peninggalan dua
kebudayaan yang berasal dari India. Ajaran Hindu Buddha ini yang nantinya
menggantikan ajaran masyarakat setempat yang pada saat itu percaya akan roh nenek
moyang dan benda-benda, kepercayaan ini biasa dikenal oleh kalangan sejarawan
dan budayawan sebagai animisme dan dinamisme.
Di seluruh dunia, sebuah peradaban ataupun kebudayaan akan
muncul dikarenakan adanya faktor faktor geografis yang mendukungnya. Salah satu
faktor geografis yang mendukung itu adalah sungai. Hal ini di karenakan sungai
memiliki peran yang sangat penting bagi kelancaran untuk melangsungkan hidup.
Sungai bisa berperan sebagai jalur transportasi yang dapat dimanfaatkan oleh
para pedagang, sungai juga dapat memberikan tanah yang subur akibat dari banjir
karna meluapnya air di sungai tersebut selain itu sungai juga memiliki sumber
makanan yang dapat di nikmati oleh masyarakat sekitarnya. Oleh sebab itu mentri
perairan Indonesia saat ini Susi
Puji Astuti memberikan sanksi tegas apabila ada nelayan asing yang
mengambil ikan di perairan Indonesia tanpa izin, awaknya akan di tangkap dan
kapalnya akan di ledakan.
Sungai memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan
masyarakat dunia. Hal ini dikarenakan sungai memiliki nilai ekonomi dan
spiritual (Isawati. 2012:22). Sungai Kuning di Cina menumbuhkan sebuah
peradaban di Cina, sungai tigris dan eufrat memunculkan peradaban di timur
tengah, sungai gangga dan sungai indus memunculkan peradaban di India, sungai
nil memunculkan peradaban Mesir, sungai masisipi di Amerika memunculkan
peradaban Indian kuno, dan di Indonesia sendiri yang terdapat banyak sungai
salah satunya sungai batanghari yang memunculkan masyarakat berbudaya dan
memunculkan kerajaan Melayu dan sampai saat ini terdapat meninggalkannya yang
di kenal dengan sebutan Candi Muaro Jambi. Dari sungai ini hubungan perdagangan
internasional terjalin. Sehingga pertemuan antara pedagang berasal dari Arab,
Cina, dan India, sehingga sangat wajar jika pengaruh budaya luar salah satunya
India mempengaruhi kehidupan masyarakat Jambi secara khususnya dan Indonesia
secara umumnya.
Masyarakat Indonesia secara umumnya (kira kira 10.000 SM-200
M) terdiri dari suku suku kecil yang tersebar di seluruh nusantara dan terdapat
banyak kesamaan dalam kepercayaan kuno mereka. Dipimpin oleh seorang kepala
suku, mereka membangun tempat-tempat ibadah, lahan bercocok tanam, beternak,
pengairan dan hubungan perdagangan. Selain kapak perunggu dan genderang untuk
upacara gelang, kalung, batu, lukisan, perkakas dan pahatan batu ditemukan
juga. pada masa ini masyarakat telah membuat makan dari batu, konstruksi
rumahnya berasal dari bahan kayu yang bertanggung, hal ini di sesuaikan dengan
kondisi iklim daerah. Zaman inilah yang menjadi saksi kemunculan bangunan vettaculer (setempat) dan tradisi
bermukim (Yohannes Widodo. Masa Lalu Dalam Masa kini: arsitektur di Nusantara.
http//books. google.co.id/books?id=fungsi+candi+muaro+jambi+zaman+klasik&sources/di
akses tanggal 4/12/2014.jam 21.30 WIB). Salah satu hal yang memfasilitasi
pembauran antar suku dan daerah sejak dulu kala adalah adanya migrasi penduduk
dengan jumlah dan pengaruh yang cukup untuk terjadinya akulturasi. Dalam
Tulisan Paul M Munoz yang berjudul Sejarah Kerajaan Klasik di Kepulauan
Indonesia dan Semenanjung Malaya, menjelaskan proses terjadinya akulturasi
memiliki beberapa modus yaitu, membuka lahan penghidupan baru, pengungsian,
pelarian politik, pemerataan pembangunan, dll.
(http//litbangangarut.com/artikel/48981/sejarah_ketidakmerataan_klasik_di_kepulauan_indonesia_dan_semenanjung_malaysia.html.
Diakses tanggal 5/12/2014.
Budaya yang berasal dari luar ini, nampaknya yang memberikan
pengaruh sangat besar adalah budaya yang berasal dari India di bandingkan
budaya Cina. Dua pengaruh kebudayaan ini sangat berbeda dalam penerapannya.
Menurut Pedes yang dikutip oleh D.G HALL dalam bukunya " Sejarah Asia
Tenggara" memberikan penjelasan bahwa pengaruh India tidak bertalian
dengan politik, berbeda dengan pengaruh Cina (Hall. 1988:4). Tambah Pedes
mengatakan rakyat yang mendapatkan rangsangan kebudayaan India bukan orang-orang
buas/liar, melainkan masyarakat dengan peradabannya yang relatif tinggi.
Sehingga pengaruh hinduisme seperti sistem kasta kecil pengaruhnya dan wanita
umumnya mempertahankan kedudukan yang tinggi seperti sebelum datangnya pengaruh
India pada awal mulanya (Hall. 1988:5). Jadi budaya India tidak sepenuhnya
diterima oleh masyarakat Asia Tenggara secara umum dan JAMBI secara khusus.
Oleh sebab itu, memunculkan akulturasi budaya yang meliputi pikiran-pikiran dan
praktek keagamaan oleh masyarakat Jambi. Hasil wawancara dengan budayawan Jambi
Drs. Junaidi T Noor, MM " It shing seorang rahib buddha mencatat kitab-kitab
suci agama buddha dalam bentuk kalimat Seloko. Hal ini membuktikan bahwa Seloko
yang dimiliki masyarakat Jambi memiliki pengaruh yang besar dalam kepercayaan
Hindu dan Buddha.
Jubir Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BPPP) Agus
Widiyatmoko Pada tahun 2014, situs Candi Muaro Jambi sedang dilakukan pemugaran
dan ekskavasi, hal ini dikarenakan banyaknya bangunan candi yang telah keropos
dikarenakan tetesan air hujan dan aktivitas industri yang ada di sekitar Candi.
(http://hutabarat.wordperfect.com/2012/02/09/situs_muaro_jambi_dikagumi_dunia_tersedia_sia_di_negerinya/di
akses tanggal 05/12/2014/jam 15.30 WIB.
Masyarakat Dunia sangat kagum dengan Candi Muaro Jambi ini. Hal
ini disebabkan telah
melahirkan biku-biku buddha yang tersebar di seluruh dunia. Terkesannya
masyarakat dunia di dasari atas aktivitas pendidikan yang berlangsung pada abad
7 M di Candi Muaro Jambi, Para guru yang berasal dari mancanegara seperti Atisa
seorang bikkuni asal Tibet yang pernah melakukan proses pembelajaran di Candi
Muaro Jambi. Para pelajar yang berasal dari mancanegara menempuh pendidikannya
untuk memperdalam pengetahuan ajaran buddha belajar di Candi Muaro Jambi,
seperti yang di lakukan oleh rahib Cina It Shing pada abad ke 7 M sebelum
beliau memperdalam pengetahuan ajaran budayanya di Nalanda beliau singgah
terlebih dahulu di Candi Muaro Jambi untuk mendalami pengetahuan bahasa
sangsekertanya yang pada saat itu dibawah pemerintahan kerajaan Sriwijaya.
Sehingga lahirlah biku-biku ternama seperti Laba dan Atisah berasal dari India yang menciptakan kurikulum keagamaan
di Tibet. Selain itu ada Changkyo Dorpe, yang merupakan pendeta utama di Cina
pada abad ke 16.
Sementara terkagumnya masyarakat dunia pada Candi Muaro
Jambi di karenakan kemegahan bangunan. Berdasarkan kepala kelompok kerja
(Kapokja) dokumentasi dan publikasi Novie Hari Putrato menjelaskan jumlah candi
yaitu, yang tegak tidak bergerak berjumlah 236 cagar, yang sudah ditetapkan
berjumlah 19 cagar, yang sudah terdaftar berjumlah 172 cagar, yang sudah
memiliki surat keterangan cagar budaya (SKCB) berjumlah 146 cagar, yang
bergerak berjumlah 881 cagar.
(http//jambidaily.com/v3/nasional/8236_candi_muaro_jambi_menjadi_fokus_pemeliharaan_tahun_2014.diakses
tanggal/4/12/2014).
Bangunan Candi dengan luas lahan 2.612 hektar tertata rapi
dan berdekatan. Selain itu terkagumnya di karena kan bukan hanya pendidikan
agama saja yang di ajarkan melainkan pengetahuan pengembangan lainnya seperti ilmu kedokteran, logika,
filosofi, dan tata bahasa percandian (Susanto. sama dengan pak agus).
Letak geografis daerah Jambi sangat strategis dalam jalur
perdagangan sehingga memungkinkan
daerah Jambi mengalami kemajuan dalam segala aspek. Semakin berkembangnya
peralatan transportasi dan alat-alat komunikasi serta hubungan dengan dunia luar
akan memberikan suatu kristalisasi budaya yang menjadikan kawasan Jambi terbuka
hubungan internasional. Budayawan Jambi Junaidi T Noor dalam makalahnya
berjudul Senarai Periodisasi Kesejarahan Jambi, menjelaskan Tinggalan pada masa
itu yang saat ini masih bisa kita lihat selain Situs Candi Muaro Jambi ada juga
dalam bentuk keramik kuno dari Cina yang ada di Kerinci dan daerah hulu DAS
Batanghari. Sedangkan barang dagang yang menjadi primadona perdagangan adalah
emas, lada, gading gajah, cuka badak, burung dan lain sebagainya (Junaidi T
Noor. 2012:3).
Komentar
Posting Komentar