Ciri Khas Rumah Orang Tionghoa di Kota Jambi

Ciri Khas Rumah Orang Tionghoa Di Kota Jambi
Oleh
Satriyo Pamungkas

            Karena penulis ingin meneliti kehidupan masyarakat Tionghoa di Kota Jambi namun dari sisi bangunan atau arsitektur, maka hanya dibicarakan di sini bagaimana bentuk dan ciri rumah orang tionghoa yang ada di kota Jambi.
            Rumah orang tionghoa ini berhadap-hadapan yang terletak di sepanjang jalan pusat pertokoan, rumah-rumah yang berderetan tersebut merupakan rumah-rumah petak di bawah satu atap, yang pada umumnya tidak mempunyai perkarangan atau halaman rumah. Tetapi perkarangan atau halaman rumah terletak dibagian belakang rumah. Bentuk rumah seperti ini sama halnya dengan apa yang di kenal dengan Ruko. Dan juga ada yang ganti karangan tersebut, biasanya dibagian tengah rumah ada bagian yang tanpa atapnya, berfungsi untuk menanam tanaman, untuk tempat mencuci piring dan menjemur pakaian. Bagian rumah yang depan biasanya dijadikan ruang tamu dan tempat meja abu dan juga biasanya dijadikan toko, sesudah itu ada lorong yang bagian kiri dan kanannya terdapat kamar tidur, dibagian belakang ada dapur dan kamar mandi.
            Dalam tiap-tiap perkampungan Tionghoa selalu ada satu atau dua bangunan kuil. Bangunan ini biasanya masih memiliki bentuk yang khas dan kaya akan ukiran-ukiran Cina. Kuil-kuil ini bukanlah sebagai tempat beribadah, tetapi hanya merupakan tempat orang meminta berkah, meminta anak, dan tempat orang memanjatkan sukur, untuk itu ia membakar Hio (dupa) kepada dewa yang melindunginya. Besar kecilny kuil tergantung dari kekuatan umatnya untuk membiayai pembangunan dan pemeliharaanya. Kuil-kuil itu terbagi kedalam tiga golongan yaitu : Kuil Budha, Kuil Tao dan kuil yang dibangun untuk menghormati dan memperingati orang-orang yang telah berjasa bagi masyarakat. Adapun ciri khas rumah tionghoa denga tipe yang kuno adalah bentuk atapnya lancip yang ada dibagian ujung-ujungnya, dan dengan ukir-ukiran yang berbentuk naga. Dan juga tedapat banyak ukir-ukiran pada tiang yang terbuat dari balok dan sebagainya[1].




[1] Koentjaraningrat. 1982. Manusia dan kebudayaan di indonesia. Djambatan. Hal 359.

Komentar

Postingan Populer